Jumat, 16 Oktober 2009

PERTANYAAN BESAR TERJADINYA GEMPA DI PADANG DAN SUMBAR

Mungkin saja kita akan beranggapan bahwa ketiga hal di atas: Gempa di Sumatera Barat yang terjadi pada pukul 17:16 WIB terkait dengan surah ke-17 (Al-Isra) ayat 16 yang “menyindir” pelantikan DPR, sebagai kebetulan, atau “memaksakan”, atau mungkin peringatan dari Allah. Karena sebelumnya saya pernah tulis juga mengenai orang yang “asal tafsir” padahal Allah yang paling memahami maksud sebuah ayat. Jadi, semua itu kembali kepada Anda.

Gempa di Sumatera Barat dan sekitarnya yang terjadi pada pukul 17:16 WIB (meskipun dan padahal beberapa berita menyebutnya pada pukul 17:15 WIB) oleh beberapa orang dihubungkan dengan surah Al-Isra ayat ke-16: “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”


Apa perasaan Anda setelah membaca terjemahan ayat tersebut? Jujur saja saya memang terkejut. Terlepas dari kebenaran tentang korelasi gempa dengan ayat di atas, tapi memang kondisi negeri ini sedemikian “kompleks” (baca: semrawut). Sistem ekonomi yang ada membuat ketimpangan semakin luar biasa kacau. Mereka yang mengaku sebagai “wakil rakyat” berkelakuan semakin menjadi-jadi, bahkan di saat-saat terakhir habisnya masa jabatan mereka.
mewah di negeri itu (untuk menaati Allah).”

Saya sudah menduga bahwa tulisan ini akan ada yang (sedikit) mengkritik, padahal karena saya sudah menduga makanya dari awal saya mengatakan bahwa tulisan ini tidak sedang membenarkan hubungan ayat tersebut dengan kejadian gempa di Sumatera Barat. Semuanya kembali kepada Anda, pembaca yang budiman, untuk menganggapnya sebagai “kebetulan”, “memaksakan”, atau justru “teguran dari Allah”.

Hal kedua yang ingin saya sampaikan adalah bahwa bencana yang terjadi di bumi tidak serta merta kejadian alam semata, tapi dosa ingkar terhadap perintah Tuhan bisa mendatangkan bencana. Apakah kita mengira banjir di masa Nabi Nuh as dan azab umat terdahulu semata kejadian alam? Bencana yang terjadi pun menurut saya bukan sekedar hukuman karena “murka” Tuhan; Ar-Rahman dan Ar-Rahim milik Allah jauh lebih tinggi. Sehingga kita ambil kejadian tersebut sebagai “bahan pelajaran”.

Kritik ketiga yang menurut saya klasik adalah kritik teman saya: “Klo mo d banding2in durhaka dan mewah mah jakarta lebih parah… Doli – surabaya juga… Gmn coba???” Jawaban tentang pertanyaan itu sudah ada di bagian Artikel Terkait urutan ketiga Saya hanya ingin menjawabnya dengan ayat: “Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka…” (QS. Ali Imran : 178) Wallahua’lam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar